Catatan: Diam Itu Gak Semudah yang Dibayangkan

Diam gak semudah itu

Waktu aku mulai belajar “diam”, aku kira itu soal duduk tenang, gak banyak reaksi, gak ikut-ikutan. Tapi ternyata… diam itu gak gampang. Bahkan kadang, jauh lebih melelahkan dari keramaian.

Aku pikir diam itu sederhana. Ternyata, diam itu seni — dan tantangan.

1. Diam Bukan Berarti Gak Ada Suara

Justru saat aku berhenti ngomong, suara-suara di dalam kepala malah makin ribut. Pikiran yang belum selesai, emosi yang belum diungkap, perasaan yang dulu ditunda — semuanya muncul satu-satu.

Diam justru bikin aku ketemu bagian-bagian dalam diriku yang selama ini aku alihin lewat kesibukan.

Dan di situlah tantangannya: berani duduk bareng pikiran sendiri. Gak lari. Gak cari pelarian. Hanya duduk dan mengakui, “Ya, aku lagi gak baik-baik aja.”

2. Dunia Gak Biasa Lihat Kita Diam

Lucunya, waktu kita diam — orang lain justru nanya, “Kamu kenapa?”
Waktu kita gak ikut cerita, dibilang sombong. Waktu kita gak update apa-apa, dibilang hilang arah.

Padahal kadang kita cuma… pengin tenang. Bukan menjauh. Bukan marah. Cuma lagi nyari napas di tengah keramaian yang gak berhenti.

Aku belajar: kita gak bisa jelasin semuanya ke semua orang. Tapi kita bisa jaga diri, dengan tetap setia pada ruang tenang itu — meskipun gak semua orang paham.

3. Diam Juga Butuh Keberanian

Kita hidup di zaman yang serba cepat. Apa-apa harus diomongin. Harus dikomen. Harus viral. Diam itu kayak dosa.

Tapi aku sadar: butuh keberanian besar buat gak ikutan. Buat nahan jempol gak ikut debat. Buat gak ikut update hal yang gak penting. Buat diem, padahal bisa aja aku ikutan rame.

Diam kadang bikin aku merasa tertinggal. Tapi lama-lama aku sadar: diam itu bukan kalah, tapi memilih jalan sunyi — biar bisa tetap denger suara hati.

4. Diam Itu Tempat Kita Pulang

Semakin sering aku diam, semakin aku sadar: ini bukan tentang antisosial atau menjauh. Tapi tentang pulang. Pulang ke dalam. Ke ruang yang gak ribut, gak penuh tuntutan, gak banyak topeng.

Aku mulai belajar:

  • Jalan kaki pelan tanpa headset
  • Duduk 10 menit tanpa buka HP
  • Nulis jurnal walau cuma satu paragraf
  • Nangis diam-diam tanpa harus cerita ke siapa-siapa

Semua itu, bukan karena aku lemah. Tapi karena aku lagi pulang.

🌱 Penutup

Diam itu bukan kekosongan.
Diam itu ruang — tempat semua rasa bisa datang dan pergi tanpa dipaksa.

Kalau kamu lagi pengin diam hari ini, gak usah merasa bersalah.
Kamu gak perlu selalu kuat, gak perlu selalu menjelaskan.

Kadang, cara kita sembuh bukan dengan banyak bicara, tapi dengan berani tinggal diam, dan hadir penuh di dalam diri sendiri.

Bagikan ke teman :